Setiap orang pasti pernah merasakan emosi negatif yang satu ini. Bahkan seorang bayi pun pernah merasakannya.
Marah merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari emosi, marah itu sendiri timbul karena adanya sebuah dorongan yang biasa disebut dengan human aggressive. Dorongan rasa marah ini bisa saja muncul karena sesuatu diluar dugaan atau diluar perhitungan. Potensi kemarahan sebenarnya sudah dimiliki manusia sejak dia lahir. Sebelum bayi belajar bicara, emosi yang berkembang di dalam dirinya adalah perasaan gembira, takut, malu, heran dan marah.
Pengaruh emosi ini juga menurut Suharnan (2005: 415) dapat terjadi pada setiap bagian dari keseluruhan aktivitas kognitif manusia. Keadaan emosi dapat mempengaruhi proses-proses kognitif dalam bentuk-bentuk atau cara-cara yang sangat penting, bahkan berakibat fatal. Marah merupakan reaksi dari perasaan kesal yang memuncak ketika dia temui hal-hal yang tidak selaras dengan keinginan dan pandangan-pandangannya. Orang bisa marah karena alasan konflik, penghinaan, cemoohan, ancaman, maupun tekanan rasa sakit. Ungkapan rasa marah dan sebab-sebabnya bersifat pribadi. Dalam keadaan marah biasanya suara seseorang akan meninggi. Saraf-sarafnya bereaksi cepat dengan mengeluarkan hormon adrenalin yang menyebabkan energi yang berlebihan dan dapat menimbulkan reaksi tiba-tiba. Reaksi darurat ini dapat membuat seseorang mampu mengerjakan sesuatu yang mustahil dilakukan bila orang yang bersangkutan dalam keadaan normal.
Kemarahan adalah emosi yang paling berbahaya karena dalam keadaan marah seseorang mungkin saja tengah mencoba menyakiti target kemarahannya. Meskipun itu hanya berbentuk kata-kata yang mengandung amarah, bahkan hanya berupa teriakan yang disampaikan dengan sengaja tapi mempunyai motif atau tujuan yang sama yaitu untuk menyakiti target. Salah satu karakteristik kemarahan yang berbahaya adalah kemarahan yang membangkitkan kemarahan. Maksud dari pernyatan ini adalah kemarahan orang lain bisa menjadi pemicu dari kemarahan yang lain. Untuk menghadapi hal seperti ini, cara yang paling tepat adalah dengan tidak menanggapi kemarahan tersebut dengan kemarahan pula, terutama jika kemarahan orang tersebut tidak masuk akal dan merasa benar sendiri.
Marah adalah suatu reaksi emosional yang bersifat alamiah yang dapat muncul seketika saat seseorang merasa mendapat serangan dari luar dirinya, dan karena reaksi ini terlatih dan terbiasakan maka dapat pula dikendalikan dengan latihan dan pembiasaan. Mengelola kemarahan dapat dilakukan dengan latihan restrukturisasi kognitif dan membiasakan berpikir positif.
a. Konsep Kemarahan
Menurut Beck, Rawlins, dan Williams konsep kemarahan adalah ketika seseorang merasakan ancaman pada dirinya atau ada kebutuhannya yang tidak terpenuhi, maka dia akan merasa stress, cemas, dan kemudian timbullah rasa marah. Cara penyaluran kemarahan ini ada tiga yaitu:
1) Ketika seseorang marah maka dia akan merasa dirinya kuat kemudian menantang orang lain untuk berkelahi sehingga masalah tidak selesai. Hal ini menimbulkan marah yang berkepanjangan, akibatnya muncul rasa bermusuhan yang menahun dan pada akhirnya orang tersebut akan marah pada dirinya sendiri atau disebut Depresi Psikosomatik.
2) Ketika seseorang merasa tidak kuat maka dia akan melarikan diri dari lingkungan dan mengingkari amarahnya sehingga kemarahannya tidak terungkap, hal ini juga menimbulkan rasa bermusuhan yang menahun dan akhirnya orang tersebut melampiaskan kemarahannya pada orang lain atau lingkungan yang sama sekali tidak terlibat dalam masalahnya melalui tindakan agresif.
3) Ketika seseorang merasa marah kemudian mengungkapkannya secara verbal dengan tujuan menjaga keutuhan dengan orang lain maka dia akan merasa lega dan ketegangan yang dia alami ketika marah akan menurun, dengan begitu kemarahannya akan teratasi.
Dari ketiga penyaluran ini, yang paling baik adalah yang terakhir, karena cara penyaluran ini dapat mengatasi kemarahan dengan cara yang positif.
a. Macam-macam marah
Kata kemarahan mencakup banyak pengalaman berbeda yang berkaitan. Alur perasaan marah itu berlangsung mulai dari gangguan yang sangat halus sampai amukan. Marah tidak hanya berbeda dalam kekuatan perasaan, tapi juga berbeda dalam jenis kemarahan yang dirasakan. Ekman membagi jenis kemarahan menjadi 4 bagian, yaitu:
1) Kedongkolan adalah jenis kemarahan yang merasa dirinya benar sendiri
2) Merajuk adalah jenis kemarahan yang pasif
3) Kejengkelan diidentikkan dengan seseorang yang mempunyai kesabaran yang dilakukan secara berlebihan
4) Balas dendam adalah jenis aksi kemarahan yang biasanya dilakukan setelah melakukan refleksi terhadap rasa sakit hati atas serangan orang lain, yang kadang kala intensitasnya lebih besar dibandingkan tindakan yang memprovokasinya melalui tindakan yang dilakukan orang lain tersebut.
Kemarahan manusia terdiri dari bermacam-macam, Al-Ghazali mengelompokkan marah dalam empat golongan yaitu:
1.) Orang yang lambat marah, lambat reda, dan lama bermusuhannya. Marah seperti ini sangat jelek, karena seseorang yang sedang marah dan durasi kemarahannya sangat lama, akan kesulitan saat ia akan mengambil keputusan yang tepat.
2.) Cepat marah dan lambat redanya. Orang seperti ini dapat secara tiba-tiba menjadi marah dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menurunkan kemarahannya itu.
3.) Cepat marah dan cepat redanya. Seseorang yang memiliki sifat ini kondisi emosionalnya cenderung turun naik. Ia dapat marah secara tiba-tiba dan beberapa saat kemudian kembali kepada kondisi semula, seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
4.) Lambat marah dan cepat redanya. Orang yang memiliki sifat seperti ini sangat sulit tersinggung, walau di depan matanya terjadi kesalahan yang benar-benar fatal. Ia akan mencari berbagai macam alasan untuk memaklumi kesalahan orang, memaafkan lalu melupakannya. Namun sekali ia marah, ia akan cepat sekali memaafkan kesalahan orang lain.
b. Faktor-Faktor Penyebab Marah
Penyebab marah dapat datang dari luar dan dalam diri seseorang. Adapun faktor yang bisa menjadi penyebab mengapa individu tertentu gampang sekali menjadi marah yaitu faktor fisik dan psikis.
1. Faktor fisik antara lain:
a. Kelelahan yang berlebihan. Misalnya orang yang terlalu lelah karena kerja keras akan lebih mudah marah dan mudah sekali tersinggung.
b. Zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah. Misalnya jika otak kekurangan zat asam, maka orang tersebut lebih mudah marah.
c. Hormon kelamin juga dapat menyebabkan kemarahan. Misalnya pada sebagian wanita yang sedang menstruasi, maka salah satu ciri khasnya adalah marah.
2. Faktor psikis antara lain:
Faktor psikis yang meimbulkan marah sangat erat kaitannya dengan kepribadian seseorang terutama jika menyangkut self concept yang salah, karena self concept yang salah dapat menghasilkan pribadi yang tidak seimbang dan tidak matang.
Beberapa self concept yang salah yaitu:
a. Rasa rendah diri (Minderwaardigheid Complex), yaitu menilai dirinya sendiri lebih rendah dari yang sebenarnya. Orang ini sangat mudah tersinggung karena segala sesuatu dinilai sangat merendahkannya.
b. Sombong (Superiority Complex), yaitu menilai dirinya sendiri lebih tinggi dari kenyataan yang sebenarnya.
c. Egoistis atau dengan kata lain terlalu mementingkan diri sendiri, yang menilai dirinya sangat penting melebihi kenyatan. Orang yang egois akan mudah marah karena selalu terbentur pada pergaulan sosial yang bersifat apatis, sehingga dia merasa tidak diperlakukan dengan semestinya dalam pergaulan sosial.
Johanes Papu membagi faktor-faktor penyebab marah dalam beberapa faktor sebagai berikut:
1. Genetik.
Fakta genetik menunjukkan bahwa beberapa anak memang terlahir dengan karakteristik mudah marah. Hal ini bisa dilihat pada awal-awal tahun kehidupan sang anak.
2. Sosial-Budaya.
Dalam budaya masyarakat tertentu amarah atau marah sering dianggap sebagai suatu hal yang negatif. Individu seringkali diajarkan bahwa mengungkapkan atau melepaskan kecemasan, depresi atau emosi yang lain adalah baik kecuali kemarahan. Akibatnya individu menjadi tidak pernah belajar bagaimana mengatasi rasa marah ataupun mengekpresikan kemarahan secara konstruktif.
3. Latar Belakang Keluarga.
Tak bisa dipungkiri bahwa faktor keluarga memainkan peranan yang signifikan terhadap gampang atau tidaknya seseorang menjadi marah. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu-individu yang gampang marah seringkali berasal dari keluarga yang berantakan dan tidak trampil dalam mengungkapkan emosi ataupun berkomunikasi. Selain itu dijumpai pula bahwa orangtua yang “pemberang” cenderung menghasilkan anak yang pemberang pula.
c. Teknik-Teknik Pengelolaan Kemarahan
Menurut Motinggo ada tiga pendekatan utama untuk mengendalikan kemarahan, yaitu:
1. Mengekspresikan kemarahan kedalam bentuk ketegasan (assertive) bukan penyerangan (aggressive). Untuk melakukan hal ini seseorang harus belajar bagaimana membuat kejelasan atas apa yang dia butuhkan, dan bagaimana agar keduanya dapat terpadu tanpa harus menyakiti orang lain.
2. Kemarahan dapat diubah atau ditekan atau dibelokkan. Hal ini dapat terjadi ketika seseorang menahan amarahnya, menghentikan pikirannya tentang hal tersebut dan memfokuskan pada sesuatu yang positif. Tujuannya adalah untuk mencegah atau menekan kemarahan dan mengubahnya menjadi suatu perilaku yang lebih konstruktif
3. Menenangkan batin. Ini berarti, seseorang tidak hanya dapat mengontrol tingkah lakunya keluar tapi juga dapat mengontrol respon-respon internalnya, mengambil langkah-langkah untuk menurunkan detak jantung yang tadinya cepat, menenangkan diri dan membiarkan emosinya surut.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ningtyas dan Theodorus, bahwa ketika seseorang mengenali reaksi fisik dan psikis marah sedang terjadi pada dirinya maka dia dapat menenangkan diri dan teknik yang dapat dia lakukan adalah:
1. Segera mengenali apa yang menjadi pemicunya. Maksudnya memikirkan kembali apa saja yang menjadi pemicu kemarahan dan kepada siapa sebenarnya kemarahan itu ingin diungkapkan.
2. Jika dalam situasi genting (siap “meluap”), cobalah tarik nafas dalam-dalam, hembuskan dengan perlahan, dan tetap berpikir positif.
3. Jika sudah cukup tenang, ungkapkan perasaan marah dan selesaikan masalahnya.
Selamat mencoba, semoga bermanfaat ^_^.